Salina adalah salah satu pulau di kepulauan Aeolian Islands di bagian selatan Italia. Bentuknya bisa dibilang unik. Terbentuk dari aktivitas vulkanik jaman dulu, pulau ini sejatinya adalah dua puncak gunung yang bertetangga dengan daerah penduduk di sekitarnya.
Ada banyak tempat yang bisa dijelajahi di pulau ini. Banyak jalan hiking yang tersebar di seluruh pulau ini, siap ditemput untuk mereka yang suka berpetualang. Banyak juga desa-desa cantik di pulau untuk yang suka bersantai. Pemandangan-pemandangan sekitar juga bagus.
Perjalananku ke pulau Salina ini adalah satu bagian dari petualangan island-hoppingku di Aeolian Islands. Lihat juga kunjunganku ke pulau-pulau lainnya Stromboli, Panarea, Vulcano, dan Filicudi.
Cara ke sana
Ada dua pelabuhan di pulau ini yang bisa dijangkau para pengunjung, di kota kecil Santa Marina Salina atau di Rinella. Keduanya punya koneksi bagus dengan pulau-pulau lainnya, khususnya ke pulau Lipari dan Vulcano yang banyak penduduknya.
Semua kapal dioperasikan oleh Liberty Lines yang mempunyai armada kapal cepat jenis catamaran, atau aliscafo dalam bahasa Italianya. Jadwal dan harga tiket kapal bisa dilihat di websitenya, atau di booklet yg bisa diperoleh di loket yang ada di tiap dermaga.
Untuk menuju ke Aeolian Islands, kamu bisa naik kapal dari Milazzo, sebuah kota ukuran sedang di utara Sicilia, yang juga dioperasikan oleh Liberty Lines. Lipari dan Vulcano adalah tempat dengan pelabuhan utama di kepulauan ini dengan koneksi ke semua pulau lainnya.
Sekitaran Salina
Waktu aku tiba si Santa Marina Salina, aku sudah ditunggu oleh Mario sang pemilik B&B tempat aku akan menginap. Dengan mobil Fiat putih tua andalannya, dia membawaku ke selatan pulau, ke desa Lingua tempat rumahnya.
Setelah perjalanan singkat melewati jalan pinggir laut yang berkelok-kelok, kita tiba di rumahnya yang terletak persis di samping laut dengan pemandangan Pulau Lipari di kejauhan, berkilau emas terpancar sinar matahari sore.
Ibunya Mario yang sudah berusia lanjut menyambutku di sela-sela kesibukannya. Tak kan kulupakan pujian ibunya saat melihat kemeja tangan pendek yang kukenakan saat ingin pergi membeli panini di alun-alun desa Lingua. Sambil menunjuk kemejaku, “Bella, bella.” katanya sambil mengangkat jempol, yang artinya indah atau bagus. Dengan mood senang, kusantap panini sambil duduk menikmati pemandangan pinggir laut.
Besok paginya, berdasarkan saran dari Mario, aku mengambil bus untuk mengunjungi Pollara di pagi hari. Tempat yang sangat bagus katanya. Kuakui, Mario tidak bohong. Saat bus mendekati desa Pollara dari atas bukit, tampaklah letak sesungguhnya desa ini: di dalam bekas kawah vulkanik raksasa berbentuk setengah lingkaran yang dibatasi tebing ke pinggir laut. Bella!
Aku bisa berjalan ke arah laut agak menjauh untuk bisa melihat keseluruhan desanya dari agak jauh. Kembali di alun-alun desa di depan gereja tua, kuseruput kopi pagiku dalam keheningan, tanpa banyak orang lalu lalang, sembari mencermati tebing kawah raksasa di kejauhan.
Hiking ke puncak Salina
Dengan megambil bus lagi, aku menuju ke desa Valdichiesa untuk menaiki salah satu dari dua puncak gunung di pulau ini. Valdichiesa, yang artinya lembah gereja, terletak di lembah tengah-tengah pulau persis di antara dua puncak tersebut.
Sebuah trail yang bermulai pas di belakang gereja membawa para petualang ke puncak yang lebih tinggi. Pendakian memakan waktu hampir dua jam, melewati semak-semak dan hutan, dihiasi oleh indahnya bunga liar musim semi di pinggir jalan.
Panasnya udara siang hari membuatku berbasuh keringat saat mencapai puncak, hanya untuk menemukan kalau awan dan kabut menutupi pemandangan sekitar. Berbekal pepatah “sabar itu subur” aku pun duduk manis menunggu, berdoa agar kabut segera pergi menjauh.
Benar saja, tak lama kemudian semua keelokan alam Pulau Salina pun muncul dengan semua keunikannya. Laut dan langit biru, taburan sedikit awan, dan lembah hijau subur membingkai puncak gunung seberang dengan sempurna. Sungguh sebuah pemandangan unik nan berkesan.