Stromboli adalah sepuah pulau gunung berapi kecil yang terletak di utara Sicilia, Italia selatan. Pulau ini adalah salah satu dari delapan pulau yang menjadi bagian dari kepulauan Aeolian Islands, atau Isole Eolie dalam bahasa Italianya.

Pulau ini sejatinya adalah puncak dari gunung berapi Stromboli yang timbul dari bawah permukaan air menjulang tinggi di tengah laut. Setiap tahunnya, puluhan ribu orang menaiki puncak gunungnya untuk melihat kawahnya yang dashyat.

Gunung ini merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dan sangat sering mengeluarkan lava panas yang terkadang membuat penduduk sekitar harus mengungsi. Mendaki sampai ke puncak Stromboli merupakan salah satu pengalaman travel favoritku. Benar-benar ajaib bisa melihat dan mendengar gunung berapi yang yang mengamuk memuntahkan lava beratus-ratus meter ke udara.

Pendkian Stromboli ini adalah satu bagian dari petualangan island-hoppingku di Aeolian Islands. Lihat juga ceritaku dari pulau-pulau lainnya di Vulcano, Panarea, Salina, dan Filicudi.

Stromboli volcano eruption, Aeolian Islands
Letusan Stromboli

Cara ke sana

Pulau ini adalah salah satu yang paling terpencil di Aeolian Islands dan satu-satunya cara untuk ke sana adalah dengan kapal. Ada pelayaran kapal umum reguler beberapa kali per hari dari pulau-pulau lainnya, khususnya dari Lipari, Vulcano, atau Salina yang lebih besar dan lebih berpenduduk. Aku sendiri berlayar dari Vulcano ke Stromboli

Semua kapal dioperasikan oleh Liberty Lines yang punya armada kapal cepat jenis catamaran, atau aliscafo dalam bahasa Italianya. Jadwal pelayaran dan harga dapat dilihat di websitenya, atau di booklet yang bisa diperoleh dari kantor mereka di setiap dermaga atau pelabuhan.

Untuk menuju ke Aeolian Islands, pelancong bisa mengambil kapal dari Milazzo, sebuah kota ukuran sedang di utara Sicilia, yang juga dioperasikan oleh Liberty Lines. Opsi lain untuk ke Stromboli adalah dari Napoli dengan kapal ferry dari SNAV, dengan lama sekitar lima jam.

Tiba di Stromboli

Kapal menepi di dermaga kecil desa Stromboli, tepat di bawah kaki gunung Stromboli. Tidak ada jalan raya, hanyalah jalan setapak yang terkadang lumayan terjal. Para penduduk lokal pun menyesuaikan kendaraan mereka, bukan mobil tetapi bajaj dengan berbagai warna.

Aku pun langsung menuju ke B&B yang sudah aku reservasi sebelumnya (Residence Aquilone), sebuah penginapan kecil cantik dari seorang penduduk lokal. Ada banyak akomodasi terserdia di seluruh desa, tetapi reservasi sebelumnya sangat disarankan khususnya waktu sibuk musim panas.

Karena selalu aktif, orang-orang tidak diperbolehkan sembarangan mendaki. Pendakian harus ditemani seorang guide resmi, dan aku sudah reserve sebelumnya lewat Magmatrek untuk diperbolehkan naik.

Mereka mengharuskan semua orang memakai peralatan yang layak, seperti jaket, celana panjang, dan sepatu hiking, yang bisa disewa di salah satu toko peralatan trekking di sana.

Stromboli, Aeolian Islands
View gunung Stromboli dari dermaga
Stromboli, Aeolian Islands
Bajaj warna-warni andalan orang setempat
Bajaj in Stromboli
Desa Stomboli
Village of Stromboli, Aeolian Islands
View dari desa Stromboli
Village of Stromboli, Aeolian Islands
Lorong kecil tipikal di Stromboli

Pendakian

Pada sore hari yang cerah dan hangat, para pendaki pun berkumpul di alun-alun kota di depan gereja yang menghadap langsung ke laut. Semua orang diberi helm untuk dipakai waktu mendaki.

Guidenya memberi penjelasan singkat tentang rute yang akan dilalui, yang paling kuingat, “di bawah sini mungkin panas seperti di Afrika, tapi di atas sana sangat dingin seperti di Alpen”. Dengan ketinggian hampir 1000 meter, jalan terjal dan curam menanti.

Guide kami berjalan di depan, langkah demi langkah, sembari sesekali menoleh ke belakang memeriksa apakah semuanya masih bisa mengikuti. Beberapa orang yang kutemui saat pendakian terlihat sangat uzur, pasti lebih dari 80 tahun, dan masih kuat naik gunung. Aku hanya bisa mengagumi secara diam-diam dan berharap bisa sekuat itu pada saatku tua.

Guidenya juga berbagi beberapa cerita dari waktu dia masih kecil tumbuh besar di Pulau Stromboli. Suatu saat, aktivitas gunung semakin naik dan mereka harus mengungsi sampai gunungnya mulai tenang. Karena tak kunjung ada erupsi, mereka pun kembali menetap di pulau. Tak lama setelahnya, tanpa peringatan, BOOOOOM! Gunung pun meletus dan mereka harus langsung evakuasi. Manusia bisa memprediksi, tetapi pada akhirnya alam yang memutuskan.

Suara menggelegar semakin kencang terdengar, tanda kita sudah mendekati puncak. Mulai terlihat sebuah kawah kecil berasap. Saat kita semakin naik, matahari mulai semakin turun dengan perlahan di ufuk barat, menyuguhkan pemandangan sunset tak terlupakan dari lereng gunung Stromboli.

“Setelah kami kembali ke pulau lagi, tak lama setelahnya, BOOOOOM!”

Guide lokal gunung Stromboli
Hiking Stromboli
Pemandu menjelaskan daerah sekitar
Hiking in Stromboli, Aeolian Islands
Naik, naik, ke puncak gunung. Desa Stromboli terlihat di bawah.
Hiking Stromboli
Mendekati puncak saat matahari terbenam
Hiking in Stromboli, Aeolian Islands
Sunset yang tak terlupakan

Gunung berapi yang mengamuk

Bagian ini benar-benar adalah klimaksnya, moment yang akan kuingat selalu. Setibanya di puncak saat hari sudah gelap, kami pun berada di sebuah viewpoint untuk melihat sebuah salah satu pertunjukan terhebat yang bisa disajikan oleh alam: gunung berapi yang meledak-ledak.

Setiap beberapa menit, salah satu dari tiga kawah yang berada langsung di hadapan kami dari jarak beberapa ratus meter di bawah memuntahkan lahar panas ke udara dengan suara yang dashyat dan menggetarkan, seperti ada pesawat jumbo jet terbang lewat pas di depanku.

Terkadang, setelah sebuah letusan, ada banyak abu yang jatuh di sekitarku. Aku cuma berharap itu bukan batu, meskipun aku memakai helm. Setengah jam aku hanya duduk di sana, memandangi dan mengagumi kawah-kawah berapi tersebut, sesekali tercengang sampai membuatku mundur berdiri karena kekuatan ledakannya.

Stromboli volcano eruption, Aeolian Islands
Tiga kawah aktif
Gunung berapi yang mengamuk

Tiba saatnya turun, kali ini melewati rute yang berbeda dari waktu mendaki. Bagian yang paling mengasyikan dimulai. Jalan turunya penuh dengan pasir vulkanik, jadi kita hanya perlu membuat kaki kiri dan kanan meluncur bergantian ke bawah. Kegelapan malam menambah sensasi mendebarkan, jalannya hanya terlihat remang-remang dengan senter kecil yang kubawa.

Setengah jalan ke bawah, guidenya membiarkan kami duduk istirahat sebentar. Kupandang langit malam cerah di atas Stromboli, dipenuhi bintang gemerlap tanpa polusi cahaya kota, diselingi bunyi riuh letusan gunung. Setelah tiba di desa sembari jajan pizza untuk menghilangkan rasa lapar, suara yang terngiang-ngiang di kepala hanyalah bunyi gelegar.

Tentang Penulis

Asli Indonesia, mulai kecanduan traveling sejak menetap di Eropa.

Anda mungkin juga menyukai: