Pamukkale adalah satu kota kecil di Turki yang terkenal akan ‘kastil kapas’ putih cemerlang raksasa, atau travertine dalam bahasa ilmiahnya, yang dibentuk perlahan oleh air panas mineral yang kaya akan kalsium. Air yang mengalir ke bawah bukit sepanjang ribuan tahun pun meninggalkan bekas mineralnya di sisi bukit dan lama kelamaan membentuk ‘kastil’ putih ajaib yang bisa kita kagumi saat ini.

Para pengunjung jaman sekarang datang berbondong-bondong ke Pamukkale untuk melihat keajaiban alam ini. Namun, sumber air panas Pamukkale telah mengundang pengunjung sejak jaman dahulu kala ketika kota kuno Hierapolis masih berdiri kokoh di dataran luas di belakang bukit tempat ‘kastil kapas’ tersebut.

Meskipun para turis datang ke Pamukkale terutama untuk melihat ‘kastil kapas’, mengunjungi reruntuhan kota kuno Hierapolis tidak boleh dilewatkan di mana ada banyak peninggalan kerajaan Romawi kuno yang mengesankan tersebar di dataran luas hijau.

Di samping Pamukkale, desa Karahayıt yang terletak tak jauh juga layak untuk dikunjungi. Desa ini memiliki versi kastil air panas mineralnya sendiri yang berukuran jauh lebih kecil. Tetapi, deposit mineral dari air panas di sana mempunyai warna-warni dan menarik untuk dilihat.

Pada waktu perjalanan kita di Turki pada satu musim dingin, kita membuat suatu trip ke Pamukkale untuk menyaksikan ‘kastil kapas’ yang tersohor itu dengan mata kepala kita sendiri dan merasakan air panas mineralnya meringankan penat di kaki kita. Kunjungan ke Hierapolis dan Karahayıt pun menjadi tambahan yang menyenangkan untuk destinasi travel yang keren ini. Cek juga trip kita ke Kapadokia yang luar biasa di Turki bagian tengah.

Pamukkale's iceberg
Di kutub kah ini?

Cara ke sana:

Titik masuk utama ke Pamukkale adalah melalui kota Denizli di selatan. Denizli sendiri terletak di ujung dari jalur kereta İzmir-Denizli. Namun Denizli paling mudah dicapai dengan menggunakan bus. Ada sangat banyak operator bus atar kota di Turki, dengan contoh seperti Pamukkale Turizm. Tiket bus dapat dibeli online, tetapi bisa juga dibeli langsung di terminal bus sebelum keberangkatan.

Mini-bus (dolmuş) ke Pamukkale berangkat dari terminal bus Denizli. Perjalanannya memakan waktu sekitar 20 menit. Tiketnya sendiri bisa langsung dibeli di dalam mini-busnya.

Untuk orientasi di Pamukkale, ingat kalai ‘kastil kapas’ putihnya berada persis di pinggir dari reruntuhan Hierapolis. Pintu masuk bawah terletak pas di pinggir dari pusat kota Pamukkale, sedangkan pintu masuk atas terletak di pinggir dari dataran luas Hierapolis. Dari situ kamu bisa berjalan menuju ke ‘kastil kapas’ dari bagian atas.

Kita sendiri bermalam di kota Pamukkale. Kita memilih Venus Hotel yang terletak tak jauh dari pusat kota. Staff hotelnya sangat ramah dan bahkan dengan sukarela mengantar kita naik mobil sampai ke pintu masuk atas (masuk ke Hierapolis) tanpa biaya. Juga jangan lewatkan gozleme (pancake ala Turki) yang dibuat dengan cara tradisional pada saat sarapan.

Kota kuno Hierapolis

Kita diturunkan di pintu masuk atas untuk masuk ke Hierapolis oleh hotel staff yang ramah tadi. Setelah membayar tiket masuk yang terbilang murah, kita pun melewati pagar dan langsung disambut oleh dataran hijau yang luas. Di dataran ini tersebar banyak bebatuan yang berbentuk geometris.

Tentunya batu-batu ini bukan batu alam, melainkan sisa-sisa reruntuhan dari kota Hierapolis kuno. Sebagian besar bangunannya sudah hancur lebur dimakan waktu. Namun, tak semuanya hilang begitu saja.

Di dataran yang sama masih berdiri beberapa bangunan-bangunan yang besar. Yang paling mengesankan adalah amfiteater Romawi yang sangat besar. Ada banyak memang bangunan serupa yang tersebar di seluruh daerah kekaisaran Romawi jaman dulu. Tak putus aku terkesima akan amfiteater-amfiteater ini.

Setelah menjelajahi Hierapolis, kita menyarankan untuk juga mengunjungi museum arkeologi di sana untuk mempelajari sejarah Hierapolis lebih lanjut. Juga jangan lewatkan kolam renang ‘antik’ di daerah yang sama di mana ada banyak bekas-bekas reruntuhan yang ditaruh di kolam, membuat suasana seperti berenang di kota Atlantis yang tenggelam.

Hierapolis grass plain
Dataran luas bekas kota kuno Hierapolis
Hierapolis amphitheater
Amfiteater yang masih berdiri kokoh

Kastil kapas Pamukkale

Struktur natural raksasa ‘kastil kapas’ Pamukkale ini sudah tentu merupakan daya tarik utama kota kecil ini. Travertinenya mencakup dari Hierapolis di atas bukit sampai ke pusat kota Pamukkale di bawah. Semuanya bisa dilewati dengan berjalan kaki.

Semua pengunjung yang ingin berjalan di atas ‘kapas’ putih ini harus melepas sepatu, tak peduli dengan cuaca apapun. Menurutku peraturan ini memang sangat diperlukan untuk menjaga ‘kapas’ ini agar tetap putih. Karena kita datang pada saat musim dingin pada hari yang berawan, kaki kita sampai kedinginan berjalan tanpa sepatu di sana.

Nama ‘kastil kapas’ ini memang bisa mengecoh. Meskipun terlihat halus dan lembut seperti kapas, struktur putih ini ternyata keras dan kasar seperti batu. Bodohnya aku menyangkan kalau permukaan deposit mineral ini akan terasa lembut.

Pamukkale's travertines
Kolam air mineral yang luas
Di atas kota Pamukkale
Dry terrace pool of Pamukkale
Terasering kolam mineral ala Pamukkale
Pamukkale's travertines
Dilarang memakai alas kaki.

Anyway, ada semburan air panas yang mengalir dari atas travertine ini yang membuat kaki dingin kita terasa hangat. Kebanyakan airnya namun mengalir melalui sebuah selokan kecil di pinggiran. Paling enak sebenarnya berjalan di dalam selokan ini karena airnya yang hangat. Sangat ideal untuk rileksasi kaki di air panas mineral.

Di beberapa bagian dari travertine, airnya terkumpul di cekungan-cekungan kolam, ada yang berukuran kecil dan besar. Beberapa orang bahkan sampai berendam di kolam itu meskipun cuacanya dingin. Karena air di kolam-kolam itu tidak banyak terganti dengan air panas yang mengalir, suhu air kolam tidaklah hangat.

Melihat ‘kastil kapas’ ini dari dekat membuat seakan kita berada di belahan dunia lain. Benar-benar seperti di belahan dunia lain karena kita terlihat seperti berada di gunung es rakasasa. Hanya karena melihat orang-orang telanjang kaki saja kita pun sadar kalau kita tidak berada di daerah kutub.

Ingat kalau kita harus melepas sepatu. Well, kalau kamu mau berjalan melewati seluruh travertine ini dan tidak kembali ke tempat awal, kamu harus membawa sepatumu saat berjalan. Hati-hati saja untuk tidak menjatuhkan sepatumu di selokan dengan aliran air panas itu.

Akhirnya kita pun sampai ke bagian bawah dari struktur natural yang besar dan mengesankan ini. Melihat raksasa putih ini dari bawah pun tak kalah bagusnya. Ya, setidaknya sekarang aku sudah bisa memakai sepatuku kembali dan kakiku tidak harus kedinginan lagi.

Pamukkale's white wall
Kolam air mineral
Gutter with rush of hot water at Pamukkale's travertines
Air panas mengalir di selokan
Pamukkale's white iceberg
Mana beruang kutubnya?
Pamukkale's travertines seen from below
‘Kastil kapas’ dari bawah
Steamy hot water spring at Pamukkale
Air panas sampai beruap-uap

Karahayıt

Awalnya kita tidak berencana untuk mengunjungi Karahayıt, sebuah desa yang lebih kecil lagi di dekat Pamukkale. Namun, seorang pemilik restoran tempat kita makan malam menyebutkan kalau kita harus mengunjungi desa ini juga untuk melihat sumber air panas di sana dan travertine ala Karahayıt. Kita pun penasaran. Sehabis itu dia berkata kalau deposit mineral Karahayıt berwarna merah. Kita pun langsung tergoda untuk mengunjunginya.

Jadi, dengan mengikuti arahannya kita pun menaiki mini-bus (dolmuş) menuju Karahayıt yang berangkat dari halte bus yang sama di mana kita pertama tiba di Pamukkale. Sesampainya di Karahayıt, kita turun di alun-alun kota di mana perhatian kita langsung tertuju ke sebuah air mancur yang terlihat sangat aneh.

Air mancur yang merupakan simbol Karahayıt ini bernama Taş-Kırmızı Su, atau Air Batu Merah. Ukurannya tidaklah besar, namun tampaknya air mineral yang mengalir bertahun-tahun, mungkin sampai berabad-abad, membuat air mancur itu bertumbuh perlahan-lahan seperti balon dengan depost mineralnya. Campuran warnanya lumayan unik.

Catatan sampingan: Aku pun baru sadar saat itu kenapa ada istilah merah seperti kirmizi. Ternyata dalam bahasa Turki, kırmızı itu artinya merah dan kelihatannya kirmizi adalah salah satu kata serapan dari bahasa Turki.

Namun, bukan ini travertine yang kita cari di Karahayıt. Kita pun berjalan melewati pusat desanya dan akhirnya kita tiba di sebuah taman kecil di mana kolam air panas mineral itu berada.

Berbeda dari ‘kastil kapas’ Pamukkale yang tersohor, tidak ada kastil raksasa maupun kerumunan turis di sini. Hanyalah sebuah kolam air panas kecil yang sederhana dengan terasering kolam mineral yang mungkin tingginya sekitar tiga sampai empat meter.

Kita pun menghadap satu sama lain dan tertawa. Pemilik restoran tadi bercerita seakan-akan kalau sumber air panas Karahayıt adalah keajaiban dunia ke delapan dan kita pun sudah memasang ekspektasi setinggi langit.

Tak apa, kolam air panas dan travertine ini pun indah dengan caranya sendiri dengan warna-warni hijau, merah, dan oranye dari batunya. Aku tidak menyesal sudah menyempatkan waktu mengunjungi Karahayıt. Namun harus kuakui kalau pemilik restoran itu merupakan salesman yang berbakat.

Karahayit's Tas-Kirmizi Su fountain
Air mancur simbolik Karahayıt
Karahayit's travertines
Travertine yang sederhana
Karahayit's hot water spring
Sumber air panas yang tak hentinya mengalir

Tentang Penulis

Asli Indonesia, mulai kecanduan traveling sejak menetap di Eropa.

Anda mungkin juga menyukai: