Waktu kecil aku melihat beberapa tayangan dokumenter tentang peristiwa di pembangkit listrik nuklir Chernobyl, salah satu malapetaka teknologi terburuk dalam sejarah manusia. Aku pun tak pernah membayangkan saat itu untuk mengunjungi tempat berbahaya itu. Namun, rasa penasaranku ternyata terlalu tinggi sampai membawaku ke tempat yang dulunya terlarang ini.
Bagaimana tidak, setelah bencana itu, seluruh area sekitar dinyatakan tidak bisa ditinggali lagi dan langsung dikosongkan karena bahaya radiasi. Karena itu, semua pemukiman yang tersebar di sekitar area ini langsung ditinggalkan dan setelah jalannya waktu menyuguhkan suasana layaknya hari kiamat.
Area ini tentunya bukan destinasi travel unggulan di dunia. Tetapi dewasa ini area ini telah terbukti aman untuk kunjungan pendek dan radiasi di kebanyakan tempat adalah jauh lebih rendah daripada radiasi yang diterima orang-orang saat naik pesawat jarak jauh.
Pada suatu hari cerah di musim panas di Ukraina, kita mengunjungi Chernobyl saat kita melawat Kyiv, ibukota negara ini. Sungguhlah sebuah kunjungan yang aneh namun membuka wawasan.
Cara ke sana:
Terletak di utara Kyiv, ibukota dan kota terbesar di Ukraina, hampir semua orang akan mengambil tur ke Chernobyl ini dari kota Kyiv. Untuk memasuki area yang dikontrol ketat ini, ada prosedur yang harus diikuti dan para pengunjung harus apply lewat salah satu operator tur resmi.
Kita mengambil tur kita lewat Chernobyl Tour, yang juga menawarkan tur beberapa hari bahkan sampai seminggu di Chernobyl. Turnya sendiri lumayan mahal dan harus dipanjar dulu. Orang-orang yang berbudget lebih besar bisa juga mengambil tur pribadi.
Bersiap menuju ke Chernobyl
Pada hari kunjungan kita, kita berkumpul di meeting point di dekat stasiun kereta utama Kyiv-Pasazhyrskyi pada pagi hari. Kita diharuskan memakai baju tangan panjang dan celana panjang untuk bisa masuk ke area Chernobyl. Bukanlah baju paling ideal untuk hari itu karena cuaca panas dan terik siang hari sampai di atas 30 derajat.
Sebelum naik busnya ke Chernobyl, crew turnya mengecek semua partisipan satu persatu dan meminta sisa pembayarannya. Ada beberapa lusin orang lain di bus yang sama. Kita diberi sebuah Geiger counter, sebuah alat kecil berwarna kuning untuk mengukur level radiasi sekitar yang kubawa selama tur.
Paspor wajib dibawa karena akan ada checkpoint resmi dari orang militer untuk mengkonfirmasi identitas setiap orang sebelum ke area Chernobyl. Satu orang lupa membawa paspornya dan dia pun tidak dibolehkan naik bus ke Chernobyl.
Memasuki area terlarang Chernobyl
Setelah sekitar dua jam naik bus, kita akhirnya sampai ke tempat checkpoint. Aku pun lumayan kaget melihat sekitar setengah lusin bus-bus lain penuh orang-orang yang sudah menunggu untuk melewati checkpoint. Tempat ini akan menjadi Disneyland! Tak lama lagi pasti ada Mickey Mouse berkeliaran jualan permen kapas ke turis-turis.
Setelah melewati checkpoint, kunjungan pertama adalah ke satu desa yang ditinggalkan. Crewnya bilang kalau ini adalah salah satu contoh desa tipikal di area itu. Hutan sekitar mulai merambat menelan desa ini dengan pepohonan dan semak belukar di mana-mana.
Sebuah jalan kecil membawa kita melalui rumah-rumah bobrok dan rongsok. Ada juga sebuah bekas toko kecil yang sudah rusak dengan lubang di atapnya. Di banyak rumah-rumah ada boneka-boneka tua seram yang ditinggalkan, menambah suasana anehnya.
Tempat pemberhentian kita berikutnya adalah sebuah taman kanak-kanak dekat situ. Seperti layaknya rumah-rumah tadi, tempat ini juga sudah lapuk ditinggalkan orang dan mulai perlahan ditelan oleh alam sekitar. Tempat tidur anak-anak di situ juga sudah hancur dan berkarat dan tentunya ada banyak boneka-boneka seram tersebar di mana-mana.
Crewnya bilang kalau ada banyak ‘hot spots’ yang tersebar di seluruh area Chernobyl. Hot spots ini adalah lokasi-lokasi, kecil maupun besar, yang mempunyai level radiasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya. Salah satu crew menunjukkan sebuah spot tak jauh dari bangunan tadi dan benar saja, angka di Geiger counterku tiba-tiba langsung melunjak naik saat kudekatkan ke hot spot itu.
Tanpa melewati kota Chernobylnya sendiri, kita melanjutkan tur ke tulisan Pripyat (Припять) yang besar penanda kita sudah dekat dengan kota yang terkenal itu di mana ribuan pekerja dari tempat pembangkit listrik nuklir sebelumnya tinggal beserta keluarga mereka sebelum bencana terjadi.
Tak jauh dari situ, crew menunjuk ke arah sebuah hutan di kejauhan. Ada sebuah papan penanda radioaktif untuk memperingatkan orang-orang agar tak mendekat ke hutan ‘red forest’ yang tampaknya biasa-biasa saja itu. Hutan ini terkena level radiasi yang sangat tinggi pada waktu bencana sampai pepohonannya berubah warna kemerah-merahan.
Pripyat dan pembangkit listrik nuklir
Kita akhirnya sampai ke kota Pripyat, sebuah kota yang dulunya berkembang dengan banyak gedung apartemen, alun-alun, kantor pemerintahan, pusat olahraga, stadion, hotel, restoran, dan supermarket. Sekarang kota ini kosong dan ditinggalkan begitu saja.
Crewnya membawa kita melewati jalan-jalan di Pripyat di mana tanaman-tanaman mulai merayap dari samping. Dia menunjukkan di sebuah foto bagaimana jalan itu tampak pada waktu dulu dengan gedung-gedung besar di mana-mana. Jalan itu berubah total dan kita hanya bisa melihat pohon-pohon saja di sekitar.
Kita memasuki salah satu gedung untuk mendapatkan gambaran bagaimana isinya. Gedung yang dahulunya adalah sebuah sekolah sekarang sudah hancur lebur, dengan lapangan basket dan kolam renang besar yang sudah bobrok.
Kita terus berjalan dan tak jauh dari situ akhirnya kita sampai ke taman hiburan Pripyat di mana terdapat bianglala ikonik dari kota kosong ini dan bombomcar yang sudah rongsok. Taman hiburan ini ternyata tidak pernah dibuka untuk umum karena bencananya sudah terlanjur terjadi.
Di sepanjang tur, crewnya juga bercerita tentang bagaimana kehidupan dulu di Pripyat dan di era Soviet pada umumnya. Mereka bilang karena Pripyat adalah sebuah ‘kota panutan’, yaitu kota yang dibuat dari awal sebagai sebuah kota impian Soviet, kota ini mendapatkan perlakuan spesial.
Penduduknya bisa memiliki apartemen di sana, tak hanya sekedar tinggal di tempat yang diberikan pemerintah sebelum pindah lagi ke tempat lain yang ditentukan, sesuatu yang lazim pada saat itu. Supermarketnya juga selalu penuh dengan barang-barang, bahkan barang impor, sebuah kemewahan yang tidak bisa didapatkan oleh kebanyakan orang.
Ada banyak cerita-cerita mengherankan lain yang dibagikan tentang kehidupan pada jaman itu dan bagaimana keadaan telah membaik sejak saat itu di Ukraina. Di sepanjang cerita mereka, aku bisa merasakan sedikit kebencian terhadap era Soviet dulu dari para crew. Apakah perasaan itu asli atau tidak, aku tak akan pernah tahu.
Setelah Pripyat, kita dibawa ke sebuah tempat terdekat dari gedung pembangkit listriknya. Gedung yang sudah hancur itu sekarang tertutup seluruhnya oleh sebuah kubah metal raksasa atau ‘sarkofagus’ untuk meminimalisir bocornya radiasi ke luar.
Sebuah monumen juga berdiri teguh di situ. Kita juga diceritakan semua upaya-upaya pembersihan yang dilakukan untuk menurunkan level radiasi di sana, dengan kolaborasi internasional yang masih berlangsung sampai saat ini.
Keanehan dan keunikan lainnya
Kita pun dibawa ke sebuah kantin(!) tak jauh dari tempat pembangkit listriknya untuk makan siang. Aku benar-benar keheranan. Ada sebuah kantin aktif yang menyediakan makanan dan minuman pas di samping pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl.
Saat memilih makan siang yang disediakan oleh turnya, aku sangka turnya akan membawa makanannya untuk kita. Tak pernah kubayangkan kalau makanannya ternyata disediakan oleh sebuah kantin di Chernobyl itu sendiri. Makanannya tidaklah mewah, tapi ini Chernobyl bro, bukan restoran bintang lima.
Sebelum masuk ke area makanan, kita harus melewati cek radiasi melewati sebuah alat metal besar yang terlihat aneh. Alat ini akan menscan jejak-jejak radiasi yang mungkin melekat di badan, baju, ataupun benda pribadi kita. Untungnya kita lolos.
Sebelum menuju keluar dari daerah Chernobyl ini, kita berhenti di sebuah tempat di mana terdapat sebuah instalasi radio raksasa bekas dari jaman Soviet. Sebenarnya tempat ini tak ada hubungannya dengan pembangkit listrik nuklir Chernobyl, namun adalah sama-sama peninggalan dari jaman Soviet. Terletak di tengah-tengah hutan, struktur metal besar ini berdiri tegak melewati ujian waktu.
Menurut crewnya, instalasi ini digunakan oleh Uni Soviet untuk menguping signal radio yang datang dari Amerika. Melihat di peta, struktur ini memang menghadap ke Amerika melalui daerah kutub utara.
Mereka juga bilang kalau tempat ini dulunya dirahasiakan dan dikedokkan sebagai kamp musim panas yang ditinggalkan. Bahkan, di peta Soviet jaman dulu, jikalau ada sebuah tempat yang ditulis sebagai kamp musim panas yang sudah ditinggalkan, hampir pasti kalau tempat itu adalah sebuah tempat rahasia dari pemerintah.
Kita berhenti terarkhir di kota Chernobyl yang tenang nan sederhana untuk melihat sebuah memorial yang didedikasikan untuk orang-orang yang meninggal mengorbankan diri mereka saat bencana terjadi. Awanya memorial ‘Monument of those who saved the world’ ini hanyalah untuk para pemadam kebakaran yang tewas, tapi kemudian diganti untuk juga menyertakan dokter, petugas pembersih nuklir, dan semua orang yang berkorban saat bencana itu.
Saat kita kembali menuju ke checkpoint dan melewati scan radiasi lagi, aku bisa merenungkan satu hari dengan perasaan yang campur aduk membayangkan hari-hari saat dan setelah bencana terjadi. Aku juga masih harus memproses di pikiranku semua keanehan-keanehan jaman Soviet yang kulihat dan kudengar dari crewnya.
Ya, setidaknya total radiasi di Geiger counterku menunjukkan level yang jauh lebih rendah dari radiasi yang akan kuterima dari terbang untuk beberapa jam. Dan sampai sekarang aku tidak mempunyai tangan atau kaki ekstra ataupun bersinar hijau benderang.