Pegunungan Piatra Craiului adalah sebuah jejeran pegunungan di tengah Rumania dan terletak tak jauh dari kota Bran yang terkenal dengan kastil Drakulanya. Pegunungan ini adalah salah satu yang paling terkenal di Rumania dan mempunyai sangat banyak jalan untuk hiking, bersepeda gunung, maupun rock climbing.
Puncak tertingginya ‘hanyalah’ sekitar 2200 meter, terbilang biasa saja untuk standard Rumania. Tetapi, bentuk gunung inilah yang membuatnya unik. Puncak dari gunung yang hebat ini terbentuk dari gugusan puncak-puncak yang sambung-menyambung sampai sekitar 25 km yang bisa dilintasi seluruhnya.
Kita menaiki gunung yang unik ini sewaktu melakukan perjalanan di Rumania pada akhir bulan Mei. Selain gunungnya sendiri, desa Măgura yang memikat terletak tak jauh dari sana dan sangat layak untuk dikunjungi. Cek juga perjalanan lain kami di Rumania di Retezat national park dan melewati Seven Ladders Canyon.
Cara ke sana:
Karena terletak dekat dari pemukiman yang ramai, taman nasional Piatra Craiului ini mudah diakses. Kota terdekat adalah Zărneşti, yang bisa dijangkau menaiki kereta regional dari Braşov. Ada beberapa hiking trail yang menuju ke taman nasionalnya sendiri yang bermula dari Zărneşti.
Untuk mencapai Măgura, cara paling mudah adalah dengan transportasi pribadi karena tidak ada transport umum yang menuju ke sana. Jalan ke Măgura sendiri lumayan bergeronjal. Kamu bisa juga jalan dari Zărneşti untuk sekitar 6-7 km. Kita menyarankan untuk membawa makanan dari Zărneşti sebelum menuju ke gunung ataupun ke Măgura
Măgura
Sebelum menjajal gunung Piatra Craiului, kita mengunjungi desa cantik Măgura. Meskipun jalan ke sana yang kurang bagus dan sangat bergeronjal, desa ini sangat layak untuk didatangi.
Saat kita sudah melewati hutan dan memasuki area pedesaan, pemandangan indah yang seperti di lukisan dengan jejeran pohon pinus, pondok penggembala tradisional, dan vila pegunungan dengan halaman rumput yang tertata rapih yang tersebar sejauh mata memandang menyambut kita. Seperti di Swiss pikirku, tetapi dengan harga yang jauh lebih murah tentunya!
Kita bermalam di penginapan Nea Marin, sebuah vila dengan pemandangan cantik dari halaman belakangnya yang langsung menghadap bukit-bukit desa Măgura dan puncak bersalju dari pegunungan Bucegi di kejauhan.
Tempat ini cocok untuk bersantai dalam keheningan. Tidaklah banyak aktivitas yang bisa dilakukan selain berjalan keliling desa sunyi ini untuk menghirup udara segar pegunungan dan melihat pondok penggembala sembari ditemani oleh penduduk Măgura berkaki empat yang lucu-lucu.
Hiking ke Cabana Curmătura
Keesokan paginya, kita menuju ke titik awal trail untuk menaiki pegunungan Piatra Craiului. Janganlah lupa untuk mengisi botol dengan air bening menyegarkan dari air mancur dekat sana. Perjalanan ke stop pertama kita, pondok gunung Cabana Curmătura lumayan panjang dan terjal.
Jalannya lumayan curam dari pertama karena kita berada langsung di bawah gunung yang menjulang naik. Jalannya kebanyakan melewati area hutan yang lebat sampai-sampai cahaya matahari hampir tidak menembus sampai ke dasar.
Papan informasi yang terdapat di pinggir trail menjelaskan berbagai macam fauna yang menghuni pegunungan ini. Aku pun menjadi lumayan paranoid waktu melihat ular dan beruang di antara para hewan yang ditulis.
Agak terlalu paranoid rasanya sampai aku mulai memakai tongkat hikingku untuk meraba-raba jalan berdaunan di depan dan mulai membuat suara untuk membuat para beruang menjauh.
Setelah melewati daerah hutan, kita tiba di bagian yang terbuka. Sebuah hamparan hijau luas menyambut para hiker seperti kami, di mana puncak berbatu Piatra Craiului terlihat di kejauhan.
Dataran hijau ini digunakan oleh sekelompok domba yang merumput sampai kenyang. Domba-domba yang ramah karena mereka tidak takut mendekatiku. Gembalanya muncul dari kejauhan dengan teman berbulu berkaki empatnya yang setia menemani untuk mengatur dombanya.
Kita melintasi dataran itu dan memasuki daerah hutan di sisi lainnya, di mana kita melanjutkan perjalanan menuju tempat menginap kita, Cabana Curmătura. Terletak di sebuah lereng menghadap sebuah lembah luas kehijauan dipenuhi pohon pinus, pondok ini memanglah cantik di lokasi yang berkesan.
Mencapai puncak
Setelah rehat dan makan siang sejenak di pondok, aku pun bersiap berangkat untuk menaklukkan puncak berbatu Piatra Craiului. Setelah mengecek peta yang kutemui di pondok, aku menargetkan untuk mencapai Shelter 7 November yang terletak di punggung puncak gunung.
Jalan naik ke puncak sangatlah curam, di mana aku sampai harus memanjat beberapa bagian yang berbatu tinggi. Untunglah jalannya ditandai dengan jelas untuk menuntunku sampai ke puncak. Menoleh ke belakang, aku bisa mulai melihat daerah sekitar di bawah dengan jelas.
Saat aku naik, aku bisa mulai melihat barisan puncak Piatra Craiului, menjulang tinggi seakan menyangga langit di atasnya. Tak lama kemudian, sebuah kubah merah muncul, bertengger di puncak gunung. Sampailah aku di Shelter 7 November yang sangat mencolok itu.
Sejumlah pendaki lain sudah sampai terlebih dahulu di atas, dan ada satu orang duduk di dalam shelternya lengkap dengan perlengkapan tidurnya. Dia tampak siap untuk menginap di kubah metal merah itu. Aku sendiri hanya menikmati cemilanku di atas sana sembari menyelamati dirku sendiri yang berhasil mencapai puncak gunung lagi.
Melintasi punggung gunung
Ruteku selanjutnya menjadi bagian yang paling menarik, yaitu melintasi punggung gunung Piatra Craiului. Sebelum mulai, aku sempat bertanya kepada dua bapak-bapak di puncak tentang rutenya, karena mereka barusan tiba dari sisi satunya. Katanya biasa saja dan tidak terlalu terekspos. Yah, aku seharusnya tidak terlalu cepat percaya mereka.
Jauh dari biasa-biasa saja, tidak semudah itu melintasi punggung gunung berbatu Piatra Craiului. Jalan yang sempit menjadi sebuah tantangan tersendiri, membuat perjalanan menjadi lambat. Bapak-bapak tadi tampaknya punya definisi yang berbeda untuk ‘jalan yang terekspos’.
Beberapa bagian benar-benar berbahaya, di mana para hiker harus melewati sebuah jalan kecil di antara tebing batu dan jurang dalam. Untungnya ada sebuah kabel baja yang ditaruh di sana untuk membantu penyeberangan, kabel yang kupegang erat-erat supaya tak jatuh. Bukanlah sebuah trail untuk yang penakut dengan kaki gemetaran.
Setelah melintas lebih dari 1 km, sebuah jalan mulai membawaku turun kembali ke pondok. Seperti layaknya jalan terjal dan curam ke atas, sekarang adalah saat untuk menuruni jalan yang sama curamnya sembari berusaha untuk tak terpeleset.
Jalan kembali
Aku sangat lega saat tiba kembali di pondok. Sangat enak bisa berbaring di lahan rumput hijau di depan pondok ataupun bersantai di salah satu meja piknik di luar sembari menyeruput secangkir teh herbal dengan pemandangan gunung yang asri. Makanan dan minuman yang disediakan di pondok sangatlah sempurna setelah seharian berjalan.
Tak ada yang lebih mantap daripada bermalam di sebuah pondok gunung yang cantik. Setidaknya begitu pikirku, namun malam itu berbeda. Birunya langit siang hari bukanlah jaminan malam yang tenang. Tak disangka tiba-tiba di luar langit mulai mengamuk.
Hujan badai menghantam gunung itu. Petir menggetarkan pondok berulang kali. Anjing yang tadinya mondar-mandir di sekitar pondok pun sampai berlindung ke dalam karena ketakutan. Coba luangkan pikiran untuk orang yang tidur di shelter metal di puncak tadi yang terkena amukan badai itu. Semoga dia selamat dari petir-petir ini.
Pagi harinya, amukan badai seakan hilang tanpa jejak. Langit biru dan kicauan burung menyambut kita dan menyertai perjalanan turun. Kita melewati rute yang berbeda, mengambil jalan memutar melalui ngarai Prapastiile Zarnestiului yang populer dengan hiker dan pesepeda. Sayangnya kita tidak bertemu kawanan domba kali ini.
Saat kita akhirnya tiba di titik awal pendakian kita, aku menyempatkan diri untuk menikmati air gunung yang dingin nan menyegarkan untuk terakhir kalinya sebelum berpamit dengan pegunungan Piatra Craiului yang indah dan menantang ini.